Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2021

Cinta dan Rindu

Evolusi mungkin memerlukan kimia.  Tapi pada cinta,  penyimpangan adalah aktivitas kehendak. Suasana mendefinisikan relasi.  Cinta adalah hasil eksekusinya. Suasana adalah 'kimia kultural' dari cinta. Suasana-lah yang memberi ruang kultural untuk eksplorasi cinta. Cinta memerlukan dalil.  Tapi determinisme hanya tumbuh dalam 'suasana'. Nyaris itu melukai. Apapun nama hormon cinta itu (oxytocin, dst),  kimia itu mereduksi eksistensi ke dalam substansi. Sains mencari basis kimia dari cinta: 'zat' yang mengaktifkan rasa itu. Puisi itu neurotransmiter cinta. R I N D U Sepasang kalimat berebut melukiskan senja. Hujan membuat mereka bisu. Sudah itu berulang. Pernah itu menetap. Angin terakhir meninggalkan lembah. Malam melepaskan sepasang rindu.  Tinggal sunyi. Sunyi mengabadikan yang tak hadir.  Rindu mengusiknya.  Sunyi dan rindu tak mungkin akur.

Rindu

Gambar
Gerimis rindu itu luluh seketika. Menggenang kan kenangan purba. Rindu tersungkur pasrah Dalam senandungnya. Menunggu temu segera tiba. Tatkala cinta turun ke langit dunia. Sebagai Rahmatalil alamin. Rindu menjelma jembatan Siratdhol Mustaqim. Menghantarkan namamu Di dalam setiap doa. Rindu Menjadi nyawa waktu. Yang setia menunggu restu kendati akan menjadikannya tiada Rindu menghidupkan sang waktu. Bagi mereka yang menunggu. Rindu adalah kutukan sang waktu. Ia bercahaya dari nyala yang padam. Terbakar tapi tak menjadi abu. Membara tapi tidak membunuh yang bermukim